Selasa, 22 Oktober 2013

Menggapai Ketenangan Jiwa yang Islami

0 komentar

dzikir 

Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan dengan berbagai masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya timbul kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia yang akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yang semula dianggap tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap orang lain seperti banyak terjadi kasus pembunuhan termasuk pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum minuman keras dan obat-obat terlarang hingga tindakan bunuh diri.

Oleh karena itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup ini yang terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya, setiap orang ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yang tenang kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Untuk bisa menggapai ketenangan jiwa, banyak orang yang mencapainya dengan cara-cara yang tidak Islami, sehingga bukan ketengan jiwa yang didapat tapi malah membawa kesemrautan dalam jiwanya itu. 

Untuk itu, secara tersurat, Al-Qur’an menyebutkan beberapa kiat praktis.
1. Dzikrullah.
Dzikir kepada Allah Swt merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan. Bila seseorang menyebut nama Allah, memang ketenangan jiwa akan diperolehnya. Ketika berada dalam ketakutan lalu berdzikir dalam bentuk menyebut ta’awudz (mohon perlindungan Allah), dia menjadi tenang. Ketika berbuat dosa lalu berdzikir dalam bentuk menyebut kalimat istighfar atau taubat, dia menjadi tenang kembali karena merasa telah diampuni dosa-dosanya itu. Ketika mendapatkan kenikmatan yang berlimpah lalu dia berdzikir dengan menyebut hamdalah, maka dia akan meraih ketenangan karena dapat memanfaatkannya dengan baik dan begitulah seterusnya sehingga dengan dzikir, ketenangan jiwa akan diperoleh seorang muslim, Allah berfirman yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram (13:28).
 Untuk mencapai ketenangan jiwa, dzikir tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut nama Allah, tapi juga dzikir dengan hati dan perbuatan. Karena itu, seorang mu’min selalu berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan, baik duduk, berdiri maupun berbaring.

2. Yakin Akan Pertolongan Allah.
Dalam hidup dan perjuangan, seringkali banyak kendala, tantangan dan hambatan yang harus dihadapi, adanya hal-hal itu seringkali membuat manusia menjadi tidak tenang yang membawa pada perasaan takut yang selalu menghantuinya. Ketidaktenangan seperti ini seringkali membuat orang yang menjalani kehidupan menjadi berputus asa dan bagi yang berjuang menjadi takluk bahkan berkhianat.
Oleh karena itu, agar hati tetap tenang dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan dalam menjalani kehidupan yang sesulit apapun, seorang muslim harus yakin dengan adanya pertolongan Allah dan dia juga harus yakin bahwa pertolongan Allah itu tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang terdahulu, tapi juga untuk orang sekarang dan pada masa mendatang, Allah berfirman yang artinya: Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (3:126, lihat juga QS 8:10).
Dengan memperhatikan betapa banyak bentuk pertolongan yang diberikan Allah kepada para Nabi dan generasi sahabat dimasa Rasulullah Saw, maka sekarangpun kita harus yakin akan kemungkinan memperoleh pertolongan Allah itu dan ini membuat kita menjadi tenang dalam hidup ini. Namun harus kita ingat bahwa pertolongan Allah itu seringkali baru datang apabila seorang muslim telah mencapai kesulitan yang sangat atau dipuncak kesulitan sehingga kalau diumpamakan seperti jalan, maka jalan itu sudah buntu dan mentok. Dengan keyakinan seperti ini, seorang muslim tidak akan pernah cemas dalam menghadapi kesulitan karena memang pada hakikatnya pertolongan Allah itu dekat, Allah berfirman yang artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman: “bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (QS 2:214).

3. Memperhatikan Bukti Kekuasaan Allah.
Kecemasan dan ketidaktenangan jiwa adalah karena manusia seringkali terlalu merasa yakin dengan kemampuan dirinya, akibatnya kalau ternyata dia merasakan kelemahan pada dirinya, dia menjadi takut dan tidak tenang, tapi kalau dia selalu memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah dia akan menjadi yakin sehingga membuat hatinya menjadi tentram, hal ini karena dia sadari akan besarnya kekuasaan Allah yang tidak perlu dicemasi, tapi malah untuk dikagumi. Allah berfirman yang artinya:
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tenang (tetap mantap dengan imanku)”. Allah berfirman: (“kalau begitu) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah, kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS 2:260).

4. Bersyukur.
Allah Swt memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang amat banyak. Kenikmatan itu harus kita syukuri karena dengan bersyukur kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang, hal ini karena dengan bersyukur, kenikmatan itu akan bertambah banyak, baik banyak dari segi jumlah ataupun minimal terasa banyaknya. Tapi kalau tidak bersyukur, kenikmatan yang Allah berikan itu kita anggap sebagai sesuatu yang tidak ada artinya dan meskipun jumlahnya banyak kita merasakan sebagai sesuatu yang sedikit.
Apabila manusia tidak bersyukur, maka Allah memberikan azab yang membuat mereka menjadi tidak tenang, Allah berfirman yang artinya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat(QS 16:112).

5. Tilawah, Tasmi’ dan tadabbur Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab yang berisi sebaik-baik perkataan, diturunkan pada bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, karenanya orang yang membaca (tilawah), mendengar bacaan (tasmi’) dan mengkaji (tadabbur) ayat-ayat suci Al-Qur’an niscaya menjadi tenang hatinya, manakala dia betul-betul beriman kepada Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhanya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya (QS 39:23).
Oleh karena itu, sebagai mu’min, interaksi kita dengan al-Qur’an haruslah sebaik mungkin, baik dalam bentuk membaca, mendengar bacaan, mengkaji dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manakala interaksi kita terhadap Al-Qur’an sudah baik, maka mendengar bacaan Al-Qur’an saja sudah membuat keimanan kita bertambah kuat yang berarti lebih dari sekedar ketenangan jiwa, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS 8:2).
Dengan berbekal jiwa yang tenang itulah, seorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik, sebab baik dan tidak sesuatu seringkali berpangkal dari persoalan mental atau jiwa. Karena itu, Allah Swt memanggil orang yang jiwanya tenang untuk masuk ke dalam syurga-Nya, Allah berfirman yang artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku (QS 89:27-30).
Akhirnya, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memantapkan ketenangan dalam jiwa kita masing-masing sehingga kehidupan ini dapat kita jalani dengan sebaik-baiknya.

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

Sholat Setahun = Sholat 27 Tahun

0 komentar

sholat-subuh 
 
Perintah Allah SWT: “Hai orang-orang beriman, bila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli (pekerjaan)… “ (QS Al-Jumu’ah 62:9).

Sholat setahun = Sholat 27 Tahun? Sekedar membandingkan, sholat sendiri dengan sholat berjamaah
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat berjamaah. Rasulullah saw banyak menyebutkan keistimewaan shalat berjamaah. Antara lain, “Sholat berjamaah lebih utama dari solat sendirian, dengan dua puluh kali derajat.” (Muttafaq alaih)

Sholat berjamaah juga hukumnya sunnah muakkad, yakni sunnah yang sangat ditekankan untuk dilakukan, bagi kaum laki-laki. Imam Maliki dan Hambali, bahkan mengatakan sholat berjamaah hukumnya wajib.
Mari kita renungkan perbedaan pahala yang kita peroleh antara shalat berjamaah dengan shalat seorang diri berdasarkan hadits Rasulullah yang disebutkan di atas.
  • Solat sendirian = 1 derajat x 365 hari (setahun) x 5 waktu = 1.825 derajat
  • Solat berjamaah = 27 derajat x 365 hari (setahun) x 5 waktu = 49.275 derajat
Jelas di sini, sembahyang sendirian selama 27 tahun, derajatnya sama dengan setahun solat berjama’ah. Bayangkan pahala ganda yang Allah karuniakan bagi orang yang mengerjakan sholat berjamaah. Ini sebenarnya memberi gambaran kepada kita betapa hikmah perintah Allah dan Rasul-Nya tersembunyi, yang terkadang tidak kita sadari, atau kita sepelekan. Karena itu, mari tunaikan perintah dan perintah Allah SWT dan Rasulullah saw dalam sholat berjamaah.
Anda ingin beramal shaleh, tolong kirimkan artitel ini kepada sesama muslim, baik keluarga, sahabat dan siapapun yang anda kenal.

Wassalam

Semua Manusia Itu Sama

0 komentar
salaman

Dalam pandangan Islam, semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status social, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikan. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketaqwaannya diantara mereka.
Syekh ‘Abdul Qadir Jailani berkata:
  • bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu: “boleh jadi dia lebih baik di sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.”
  • Jika dia orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu: “boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah,sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa,maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada diriku.”
  • Bila dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati: “orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku.”
  • Jika dia orang yang “Alim, maka katakana dalam hatimu: “orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa kuraih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya.”
  • Bila dia orang yang bodoh, maka katakana dalam hatimu: “orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada-Nya, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khatimah atau dengan su’ul khatimah).”
  • Bila dia orang kafir, maka katakana dalam hatimu: “aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu meyudahi seluruh amalanku dengan amal buruk.”

Kerja Keras

0 komentar
“Maka apabila shalat telah selesai ditunaikan, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rezeki) Allah dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Aljumu’ah [62]: 10)

Ayat di atas menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk mencari rezeki demi kelangsungan hidup di muka bumi ini. Rezeki, meski sudah diatur-Nya, tidak akan datang sendiri menghampiri kita tanpa ada usaha untuk memperolehnya. Perintah bertebaran di muka bumi untuk mencari rezeki mengandaikan sebuah usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada Allah SWT.

Islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan dalam salah satu sabdanya Rasulullah SAW pernah menegaskan, “Sesungguhnya, bekerja mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu.” (HR Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Jika kerja keras mencari rezeki merupakan kewajiban seorang Muslim setelah ibadah fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik, ketika dalam jiwa kita masih tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha?

Selayaknya, ketika ibadah fardhu telah ditunaikan, kita tempa diri kita dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengan cara inilah, kita bisa bangga dan menunjukkan kalau kita benar-benar seorang Muslim sejati. Seorang Muslim yang sanggup menghadapi hidup dengan penuh semangat juang yang tinggi, meyakini rezeki Allah sangat berlimpah dan disediakan bagi siapa saja yang mau berusaha menggapainya dengan bimbingan-Nya.

Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain menunjukkan jiwa serta kepribadian seorang Muslim, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya bekerja pada siang hari, maka pada malam harinya ia diampuni Allah.” (HR Ahmad)

Dengan demikian jelaslah bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras, mencari karunia Allah di muka bumi ini dengan sikap gagah, sabar, dan pantang menyerah. Di sinilah letak ‘izzah–kehormatan, harga diri, sekaligus jati diri–seorang Muslim.
Sebaliknya, sikap berpangku tangan, selalu mengharapkan bantuan orang lain, pasrah terhadap keadaan, tidak berusaha mengubah ke arah yang lebih baik menunjukkan kerendahdirian serta kehinaan seseorang. 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Memahami Pengertian Ibadah

0 komentar

Memahami tauhid tanpa memahami konsep ibadah adalah mustahil. Oleh karena itu mengetahuinya adalah sebuah keniscayaan. Penulis syarah Al-Wajibat menjelaskan, “Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.” (Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28).

Adapun secara istilah syari’at, para ulama memberikan beberapa definisi yang beraneka ragam. Di antara definisi terbaik dan terlengkap adalah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).

Dari keterangan di atas kita bisa membagi ibadah menjadi tiga; ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan. Dalam ibadah hati ada perkara-perkara yang hukumnya wajib, ada yang sunnah, ada yang mubah dan adapula yang makruh atau haram. Dalam ibadah lisan juga demikian, ada yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Begitu pula dalam ibadah anggota badan. Ada yang yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sehingga apabila dijumlah ada 15 bagian. Demikian kurang lebih kandungan keterangan Ibnul Qayyim yang dinukil oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam Fathul Majid.

Ta’abbud dan Muta’abbad bih

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitabnya yang sangat bagus berjudul Al Qaul Al Mufid menjelaskan bahwa istilah ibadah bisa dimaksudkan untuk menamai salah satu diantara dua perkara berikut:

1.Ta’abbud. Penghinaan diri dan ketundukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada Dzat yang memerintah dan melarang (Allah ta’ala).

2. Muta’abbad bihi. Yaitu sarana yang digunakan dalam menyembah Allah. Inilah pengertian ibadah yang dimaksud dalam definisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir)”.

Seperti contohnya sholat. Melaksanakan sholat disebut ibadah karena ia termasuk bentuk ta’abbud (menghinakan diri kepada Allah). Adapun segala gerakan dan bacaan yang terdapat di dalam rangkaian sholat itulah yang disebut muta’abbad bihi. Maka apabila disebutkan kita harus mengesakan Allah dalam beribadah itu artinya kita harus benar-benar menghamba kepada Allah saja dengan penuh perendahan diri yang dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada Allah dengan melakukan tata cara ibadah yang disyari’atkan (Al-Qaul Al- Mufid, I/7).
Pengertian ibadah secara lengkap
Dengan penjelasan di atas maka ibadah bisa didefinisikan secara lengkap sebagai: ‘Perendahan diri kepada Allah karena faktor kecintaan dan pengagungan yaitu dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at-Nya.’ (Syarh Tsalatsati Ushul, hal. 37).

Oleh sebab itu orang yang merendahkan diri kepada Allah dengan cara melaksanakan keislaman secara fisik namun tidak disertai dengan unsur ruhani berupa rasa cinta kepada Allah dan pengagungan kepada-Nya tidak disebut sebagai hamba yang benar-benar beribadah kepada-Nya. Hal itu seperti halnya perilaku orang-orang munafiq yang secara lahir bersama umat Islam, mengucapkan syahadat dan melakukan rukun Islam yang lainnya akan tetapi hati mereka menyimpan kedengkian dan permusuhan terhadap ajaran Islam.

Macam-macam penghambaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa penghambaan ada tiga macam:
1. Penghambaan umum.
2. Penghambaan khusus.
3. Penghambaan sangat khusus.

Penghambaan umum adalah penghambaan terhadap sifat rububiyah Allah (berkuasa, mencipta, mengatur, dsb). Penghambaan ini meliputi semua makhluk. Penghambaan ini disebut juga ‘ubudiyah kauniyah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun di langit maupun di bumi melainkan pasti akan datang menemui Ar Rahman sebagai hamba.” (QS. Maryam [19] : 93). Sehingga orang-orang kafir pun termasuk hamba dalam kategori ini.
Sedangkan penghambaan khusus ialah penghambaan berupa ketaatan secara umum. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan hamba-hamba Ar Rahman adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati.” (QS. Al Furqan [25] : 63). Penghambaan ini meliputi semua orang yang beribadah kepada Allah dengan mengikuti syari’at-Nya.

Adapun penghambaan sangat khusus ialah penghambaan para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam. Hal itu sebagaimana yang Allah firmankan tentang Nuh ‘alaihissalam (yang artinya), “Sesungguhnya dia adalah seorang hamba yang pandai bersyukur.” (QS. Al Israa’ [17]: 3). Allah juga berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Dan apabila kalian merasa ragu terhadap wahyu yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)…” (QS. Al Baqarah [2] : 23). Begitu pula pujian Allah kepada para Rasul yang lain di dalam ayat-ayat yang lain. penghambaan jenis kedua dan ketiga ini bisa juga disebut ‘ubudiyah syar’iyah (Al-Qaul Al-Mufid I/16, Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 38-39).

Di antara ketiga macam penghambaan ini, maka yang terpuji hanyalah yang kedua dan ketiga. Karena pada penghambaan yang pertama manusia tidak melakukannya dengan sebab perbuatannya. Walaupun peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini (nikmat, musibah, dsb) yang menimpanya bisa juga menyebabkan pujian dari Allah kepadanya. Misalnya saja ketika seseorang memperoleh kelapangan maka dia pun bersyukur. Atau apabila dia tertimpa musibah maka dia bersabar. Adapun penghambaan yang kedua dan ketiga jelas terpuji karena ia terjadi berdasarkan hasil pilihan hamba dan perbuatannya, bukan karena suatu sebab yang berada di luar kekuasaannya semacam datangnya musibah dan lain sebagainya (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 38-39).

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi (abumushlih.com)
Artikel http://www.muslim.or.id

Semarakkan Hidupmu dengan Sedekah, Agar Hartamu Berkah

0 komentar

SEBUT saja Ami, dia mempunyai pengalaman luar biasa mengenai sedekah. Ami telah lama mengidap penyakit kulit yang tidak jelas, dalam suatu waktu penyakit bisa kambuh, gatal-gatal di seluruh badan. Banyak dokter telah dia kunjungi, obat-obatan telah dia beli, namun seakan tidak mempan, sakit itu tidak kunjung sembuh. Ami enggan lagi ke dokter, dalam keadaan hampir frustasi tersebut Ami berkeinginan menyedekahkan uang yang seharusnya untuk berobat, anak yatim dia pilih untuk menerima sedekahnya.

Tidak ada niat lain Ami selain mencari ridha Allah saat bersedekah. Namun sebuah keajaiban Allah muncul, dari hari ke hari setelah bersedekah, sakitnya pelan-pelan membaik, Subhanallah. Kini Ami tidak perlu lagi mengeluhkan sakitnya, karena sudah sembuh total karena berkah sedekah dan atas izin Allah.

Di tempat yang lain, kisah menakjubkan terjadi, sebut saja namanya Vivi. Vivi dilanda gundah karena tidak kunjung mendapatkan kerja, padahal tidak sedikit usaha yang dilakukan. Bingung mendera hati Vivi. Waktu shalat tiba, Vivi segera menunaikan kewajibannya. Selesai shalat, seakan ada petunjuk kuat dari Allah, sebuah ayat terlintas di kepalanya, “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Ali Imran 92).

Vivi lalu mengingat-ingat uang di tabungannya, kemudian mengingat-ingat siapa dalam waktu dekat yang membutuhkan bantuannya. Ingatannya langsung tertuju pada saudaranya yang membutuhkan bantuan. ‘Bismillah, kucari ridha-Mu ya Allah,’ batin Vivi saat itu, bukan mengharap apa-apa selain ridha Allah. Uang di tabungannya ia sedekahkan pada saudaranya yang terbelit kesulitan dikarenakan keluarganya dirawat di rumah sakit. Lega yang dirasakan Vivi, ada kekuatan iman di hatinya, berkah sedekah mampu menenangkan keresahannya. Tidak lama kemudian, dalam hitungan hari, sebuah telpon dari kantor yang dia ajukan lamaran kerja menelponnya, mengabarkan pada Vivi bahwa Vivi diterima kerja, dan agar datang memenuhi panggilan bos perusahaan di kantornya. Saat itulah Vivi langsung sujud syukur.

Sedekah itu perlu keikhlasan, bukan mengharap balasan, sesulit apapun yang terjadi, hendaknya sedekah dilandasi iman dan harapan yang dalam akan ridha Allah.

Balasan sedekah tidak berarti berupa materi, namun bisa saja berkah sedekah tersebut berimbas pada ketenangan hati, khusyuknya ibadah, terjaganya diri dari belanja sia-sia.

….Sedekah menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya….

Selain itu manfaat sedekah juga mampu menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya.

Abu baker RA adalah sahabat Rasulullah yang sangat ringan dalam kebaikan, tanpa pertimbangan menggunakan seluruh hartanya untuk menebus budak yang disiksa kaum Quraisy. Begitupun Khadijah, wanita kaya raya yang sangat peduli terhadap kaum tertindas, tidak pernah memperhitungkan ataupun menimbang-nimbang harta yang diinfakkan di jalan Allah.

Sedekah itu memang berat jika tidak dilandasi iman yang kuat, padahal Allah menjanjikan balasan yang luas bagi insan yang menyedekahkan hartanya untuk kepentingan agama Allah.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tuju bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-NYA) lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah 261).

….balasan dan berkah melimpah bagi harta yang disedekahkan. Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah….

Subhanallah, melimpahnya balasan dan berkah bagi harta yang disedekahkan, apalagi saudaraku yang kalian tunggu?
Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah, semarakkan dunia kita dengan usaha sedekah, agar harta yang Allah titipkan menjadi berkah.

10 Pintu Setan Dalam Menyesatkan Manusia

0 komentar
http://sekitarduniaunik.blogspot.com
10 Pintu Setan Dalam Menyesatkan Manusia - Saudaraku, ketahuilah bahwa hati adalah ibarat sebuah benteng. Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut. Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu. Tidak mungkin benteng tersebut bisa terjaga selain adanya penjagaan yang ketat pada pintu-pintunya. 

Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi. Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya. Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak. Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya. Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.

Pintu pertama:
Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu hasad (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.

Pintu kedua:
Ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah.

Pintu ketiga:
Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:
Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat.

Pintu kelima:
Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pinta keenam:
Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Pintu ketujuh:
Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.

Pintu kedelapan:
Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.

Pintu kesembilan:
Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.

Pintu kesepuluh:
Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.

Kamis, 10 Oktober 2013

Perintah Berdakwah

0 komentar

Allah Taala telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan dakwah. Orientasi dakwah yang Allah taala perintahkan adalah menyeru dan mengajak manusia kepada jalan Tuhan (ilâ sabili rabbika) yaitu menjadi hamba-hamba Allah taala yang tunduk dan patuh kepadaNya dengan cara-cara yang bijaksana (bil hikmah) dan memberikan nasehat-nasehat dengan cara yang baik pula (wal mau’izhatil hasanah). Sebagaimana Allah taala berfirman:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(an-Nahl [16]:125)

Rasulullah SAW pun dalam implementasinya terhadap ayat tersebut bersabda ballighû ‘annî walau ayah wa hadditsû ‘an banî isrâîl wa lâ haraja wa man kadzaba ‘alayya muta’ammidan falyatabawwa’ maq’adahu min an-nâr.(H.R Bukhari). Yang artinya : sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. Kalian boleh menyampaikan riwayat (yang benar) dari kalangan Bani Israil, namun juga tidak berdosa (jika kalian tidak menyampaikannya). Barangsiapa yang sengaja berdusta dengan mengatasnamakan aku, maka bersiap-siaplah masuk neraka.(H.R Bukhari).
Begitu pentingnya perintah untuk berdakwah ini sehingga Rasulullah SAW menekankan kepada umatnya untuk berdakwah walaupun yang disampaikan hanyalah satu ayat al-Quran saja. Oleh karena itu dakwah adalah bagian integral dari umat Islam yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Syaikh Ali Mahfuzh yang juga murid dari Syaikh Muhammad Abduh memaparkan pandangannya mengenai konsep dakwah dan batasannya sebagai berikut : Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi salah satu cara untuk memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat yaitu dengan cara menjadikan dakwah bagian dari kehidupan orang-orang mukmin.

Jumat, 04 Oktober 2013

Hadis Mengenai Keutamaan Kelebihan Surat Al-Fatihah

0 komentar

Hazrat Abdul Malik bin ‘Umair rah. meriwayatkan secara mursal bahawa Rasulallah (s.a.w) bersabda, “Dalam surah al-Fatihah terdapat penawar untuk segala penyakit.” (Hadis riwayat Darimi dan Baihaqi)
PENJELASAN LANJUT

Rasulallah (saw) bersabda, “Aku ingin memberitahu kamu satu surah yang paling afdal dalam al-Quran. Surah itu adalah surah al-Hamd (al-Fatihah) yang mempunyai tujuh ayat. Ayat-ayat ini adalah Saba’ Mathani dan dan mewakili seluruh al-Quran yang agung.”

Telah di riwayatkan dari setengah ahli sufi bahawa segala yang terkandung dalam kitab Allah yang terdahulu terdapat dalam al-Quran dan segala kandungan al-Quran terdapat dalam dalam surah al-Fatihah dan apa-apa yang terkandung dalam surah al-Fatihah terapat dalam “Bismillah” dan apa-apa yang terdapat dalam “Bismillah” terapat dalam huruf “ba”.


Terdapat juga dalam kitab tafsir menerangkan bahawa huruf “ba” bertugas sebagai penemu, yakni huruf “ba” memutuskan segala hubungan seorang hamba dengan segala perkara yang lain dan menemukan dengan Allah.


Sebahagian ulamak berpendapat bahawa apa-apa yang terdapat dalam huruf “ba” terkandung dalam titik pada “ba” itu, yakni titik wahdaniah. Dalam istilah ilmu tasauf, titik wahdaniah bermaksud sesuatu yang tidak boleh dibahagi-bahagi lagi.


Setengah ulamak menukilkan, ayat “Iya kanaq budu yaiya kanasta’in” , terkandung segala hajat dunia dan ugama.


Rasullah (saw) pernah bersabda melalui satu hadis, “Demi Zat yang nyawaku dalam genggamanNya, satu surah yang seumpama ini tidak pernah diturunkan samaada dalam Taurat, Injil, Zabur atau bahagian yang lain dalam al-Quran.”


Membaca surah al-Fatihah dengan penuh keyakinan akan dapat menyembuhkan segala penyakit rohani atau jasmani, penyakit zahir atau penyakit batin.


Al-Fatihah yang ditulis dan dijadikan tangkal dan juga menjilat al-Fatihah yang ditulis berfaedah untuk mengubat penyakit.


Terdapat dalam kitab-kitab hadis yang sahih bahwa para sahabat nabi pernah membaca surah al-Fatihah dan menghembus ke atas orang yang di patuk ular atau disengat kala jengking, orang yang terkena sawan dan orang gila. Rasullah (saw) sendiri mengharuskan perbuatan ini.


Dalam satu riwayat, Rasullah (saw) pernah membaca surah al-Fatihah lalu menghembuskan kepada Hazrat Saib bin Yazid (r.a) dan baginda membaca dan menyapu air liur pada tempat yang sakit itu.


Dalam hadis yang lain pula, bahawa sesiapa yang berbaring dengan niat untuk tidur dan membaca al-Fatihah serta surah al-Ikhlas kemudian menghembus keatas dirinya sendiri maka dia akan dijauhkan dari segala bahaya melainkan maut.


Pahala memabaca surah al-Fatihah menyamai pahala membaca dua pertiga al-Quran.


Rasulallah (saw) pernah bersabda, “Aku telah mendapat empat perkara dari khazanah khas dari ‘Arash. Tiada sesiapa pun yang mendapat apa-apa perkara lain dari khazanah tersebut. Pertamanya adalah surah al-Fatihah, keduanya ayat Kursi, ketiganya ayat akhir dari surah al-Baqarah dan keempat surah al-Kauthar.”


Hazrat Hassan Basri (rah) meriwayatkan satu sabdaan Nabi (saw) yang berbunyi, “Seorang yang membaca surah al-Fatihah seumpama seorang yang membaca kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran yang mulia.”


Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahawa Iblis meraung-raung sambil melumurkan seluruh kepalanya dengan debu apabila berlaku empat peristiwa; pertama apabila dia dilaknat, kedua apabila dia di kelurkan dari syurga ke dunia, ketiga apabila Nabi Muhammad (saw) dianugerahkan dengan kenabian dan kekempat apabila surah al-Fatihah diturunkan.


Pada suatu ketika ada seorang datang kepada Hazrat Sya’abi (rah) mengadu tentang buah pinggangnya yang sakit. Hazrat Sya’abi menasihatkannya supaya membaca ‘Asasul-Quran’ kemudian menghembus kepada tempat yang sakit. Apabila ditanya apakah ‘Asasul-Quran’, Hazrat Sya’abi menjawab, “Surah al-Fatihah.”


Antara amalan para masyaikh yang mujarab ialah surah al-Fatihah. Surah ini juga sebagai Ismul A’zam yang sepatutnya dibaca tujuan memohon apa-apa hajat.


Didalam kitab Sahih Muslim terdapat satu Hadis yang diriwayatkan oleh dari Hazrat Abdullah bin Abas (r.a) bahawa pada suatu ketika Rasulallah (saw) sedang duduk bersama kami. Baginda (saw) bersabda, “Dilangit telah dibuka satu pintu yang belum pernah dibuka sebelum ini, dan dari pintu tersebut turun satu malaikat yang pernah diturunkan sebelum ini. Malaikat itu berkata kepada ku, “Terimalah satu berita gembira dengan dua nur yang belum pernah diberikan kepada sesiapa pun sebelum ini, pertama adalah surah al-Fatihah dan kedua adalah tiga ayat trakhir dari surah al-Baqarah.” 


Subhanalloh... :)

PENEMU LAMPU

0 komentar

Thomas Alva Edison
"Penemu Terbesar Dunia"


Thomas Alva Edison, seorang penemu terbesar di dunia. Bayangkan, ia menemukan 3.000 penemuan, diantara-nya lampu listrik, sistim distribusi listrik, lokomotif listrik, stasiun tenaga listrik, mikrofon, kinetoskop (proyektor film), laboratori-um riset untuk industri, fonograf (berkembang jadi tape-recorder), dan kinetograf (kamera film).

Ia anak bungsu dari tujuh bersaudara, lahir tanggal 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat. Buah perkawinan Samuel Ogden, keturunan Belanda dengan Nancy Elliot. Sebagaimana umumnya orangtua, Samuel dan Nancy menyambut kelahiran anaknya dengan suka-cita. Tidak ada hal aneh dalam proses kelahiran anak ini. Namun setelah anak ini mulai bertumbuh, terlihat hal-hal ‘aneh’ yang membuatnya lain dari anak yang lain. Bayangkan, pada usia enam tahun ia pernah mengerami telur ayam.

Setelah berumur 7 tahun, ia masuk sekolah. Tapi malang, tiga bulan kemudian ia dikeluarkan dari sekolah. Gurunya menilainya terlalu bodoh, tak mampu menerima pelajaran apa pun. Untunglah ibunya, Nancy, pernah berprofesi guru. Sang ibu mengajarnya membaca, menulis dan berhitung. Ternyata anak ini dengan cepat menyerap apa yang diajarkan ibunya.

Anak ini kemudian sangat gemar membaca. la membaca berbagai jenis buku. Berjilid-jilid ensiklopedi dibacanya tanpa jemu. Ia juga membaca buku sejarah Inggris dan Romawi, Kamus IPA karangan Ure, dan Principia karangan Newton, dan buku Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker.

Selain itu, ia juga anak yang sangat memahami kondisi ekonomi orangtuanya. Pada umur 12 tahun ia tak enggan jadi pengasong koran, kacang, permen, dan kue di kereta api. Sebagian keuntungannya diberikan kepada orang tuanya. Hebatnya, saat berjualan di dalam kereta api itu, ia gemar pula melakukan berbagai eksprimen. Bahkan sempat menerbitkan koran Weekly Herald. Suatu ketika, saat bereksprimen, sebuah gerbong hampir terbakar karena cairan kimia tumpah. Kondektur amat marah dan menamparnya hingga pendengarannya rusak.

Kemudian sejarah ilmu pengetahuan mencatat nama orang yang hidup tahun 1847-1931 ini (meninggal di West Orange, New York, pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun), sebagai penemu terbesar di dunia dengan 3000 penemuan. Ia bahkan pernah menemukan 400 macam penemuan dalam masa 13 bulan. 
 

ALASAN PELAJAR DI INDONESIA LEBIH MEMILIH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

0 komentar

    Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah yang bertujuan  mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja.
     Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.
     Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan dari pada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
      Di era globalisasi dewasa ini, jumlah lapangan kerja industri itu sangat sedikit, sedangkan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang masih menganggur terhitung lebih banyak. Dengan adanya SMK akan dapat membuka lapangan kerja yang lebih banyak lagi.
     Dengan kata lain, belajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih terarah, khusus, dan fokus kepada pilihan yang di tentukan. Di Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa masih harus mencari pilihan yang akan dikembangkan dan tentunya, setelah masuk ke Perguruan Tinggi, barulah ketemu pilihan keterampilan yang ingin dikembangkan.    
     Selama ini, SMK identik sebagai sekolah bagi orang yang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, melainkan sekolah untuk cepat mencari kerja. Namun bukan itu alasannya. Berikut Alasan pelajar di Indonesia lebih memilih Sekolah menengah Kejuruan (SMK) .  
1. Siswa akan dibekali suatu ilmu yang diberikan secara khusus sesuai minat dan kemampuan masing-masing.
2. Siswa yang akan memiliki jiwa enterpreneurship atau kewirausahaan, di mana siswa sudah memiliki etika dan etos kerja yang tinggi.
3. Siswa juga diberi landasan jika sudah terjun di dunia kerja dengan adanya pelatihan kerja atau disebut juga Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
4. Siswa dapat dipastikan sanggup menentukan pilihan akan ketrampilan dan keahlian yang harus dikembangkan.
5. Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, hingga orangtua sudah berpikir jauh ke depan akan sasaran pendidikan anaknya.
6. Sementara itu, alasan mayoritas pelajar memilih Sekolah Kejuruan dikarenakan setelah tamat bisa langsung kerja. Kalo kita melihat secara lebih di balik semua alasan di atas, banyak pertimbangan yang membuat orangtua cenderung memilih Sekolah Kejuruan bagi anak-anaknya.
                 
     Terlepas dari itu, tak ada yang salah jika memilih lanjut ke SMA atau SMK, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di manapun para pelajar menuntut ilmu, asalkan dilandasi keyakinan dan ketekunan, pasti akan berhasil juga.. (Kalo saya sendiri sihh sekolah di SMA, tepatnya SMAN 2 CIAMIS :D)

Mengatasi teman yang sangat pendiam menjadi orang yang "ASIK"

0 komentar

              Kali ini saya mau ngasih tips nih untuk mengatasi teman yang sangat pendiam. Terkadang kesal juga punya teman kayak gitu. Tapi apa boleh buat, dia adalah teman kita dan kita harus tulus berteman dengannya, berdasarkan dari apa yang telah saya baca, ini lah beberapa tips untuk mengatasi teman kita yang pendiam.
      



    1.  Beri pengertian apa itu “berteman” (dalam arti luas)
Dalam hal ini bukannya kita meremehkan apa dia tidak tahu apa itu berteman. Disini kita harus memberikan gambaran yang lebih luas dalam menjalin pertemanan. Sebagai contoh kita harus menghargai teman kita bagaimanapun keadaannya. Ingat, dalam menjelaskan hal ini janganlah seolah-olah kita tahu segalanya. Buatlah seolah-olah kita curhat dengan dia.
      2.  Mengobrol dengan bertahap
Saya tahu mengobrol dengan orang cerewet itu banyak tidak enaknya (termasuk juga saya orangnya cerewet hehe). kitapun bisa merasa begitu apalagi teman kita yang pendiam sudah pasti tidak suka dengan orang yang cerewet. Dengan mengobrol secara bertahap pasti dia akan merasa enjoy saat  ngobrol dengan kita. Disinilah pintar-pintarnya kita membuat obrolan menjadi semakin menarik. Oiya, jangan kelamaan dulu saat ngobrol dengannya. Buat dia semakin penasaran dengan kita. Lakukan itu secara terus-menerus sampai dia menjadi orang yang tidak kuper. Kesabaran mutlak dibutuhkan dalam menerapkan hal ini.
      3.  Seringlah memujinya
Tips ini mungkin terdengar aneh dan terlalu memaksakan. Tapi ya begitulah bagian ini juga memang perlu di lakukan. Dalam keadaan tertentu pasti dia akan membuat hal yang hebat dan saat itulah kesempatan kita untuk memujinya agar dia merasa kalau dirinya juga mampu melakukan apa yang orang lain lakukan.
      4.  Buat dia percaya diri
Sepertinya lumayan susah nih dalam melakukan tips ini. Kenapa? Karena disini kita harus mayakinkan hal-hal yang menurut dia itu susah dilakukannya. Untuk orang yang pendiam atau minder sudah pasti sangat susah untuk merasa PD. Salah satu cara untuk membuatnya PD adalah dengan memberi motivasi-motiasi yang membuatnya semakin tergugah untuk membuatnya menjadi sosok yang lebih ceria.
      5.  Ajaklah bersosialisasi
Saat ada teman lain yang sedang bersosialisasi, ajaklah dia (teman yang pendiam) untuk bergabung dengan teman-teman kita yang lainnya. Dengan melakukan tips nomor 1 sampai 4 sudah pasti dia paham bagaimana cara bersosialisasi yang baik. Dengan begitu maka orang tersebut tidak akan menjadi orang yang pendiam ataupun kuper.
Semoga bermanfaaaat :)
 

Little Things Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template